Search site


Islam (Sebuah Tanya)

10/11/2010 21:17

Bagian II
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan kontroversi dalam Islam. Dalam topik kali ini yang menjdi pertanyan bagi sebagian orang awam tentang Islam adalah, Kenapa Islam diturunkan Tuhan di Arab dan bukan di Jawa (Pulau Jawa) ? Kenapa Nabi pun diturunkan di Arab dan bukan di Jawa ? Dan kenapa harus dengan bahasa Arab, bukan dengan bahasa Jawa ? Bukankah Tuhan (katanya) mengerti setiap bahasa yang digunakan hamba-Nya ? Versi yang dianggap sebagai sebuah jawaban tentang semua pertanyaan ialah karena di Arab saat itu merupakan massa jahiliyah atau pembodohan sehingga Islam dan Al – Qur’an diturunkan di Arab sebagai pedoman, penuntun sekaligus pencerahan bagi masyarakat sekitar “Tempat turunnya Al – Qur’an”. Sebagai contoh penjualan orang dan perbudakkan, menyembah berhala, dan lain sebagainya. Dengan kata lain banyak pelanggaran yang dilakukan sehingga harus disikapi dengan mengutus wakil Tuhan sebagai khalifah pembwa pesan dan maksud Sang Pencipta. Itulah sebuah versi yang mungkin dapat dijadikan sebuah jawaban dan argumen yang digunaan untuk menepis semua galau tentang tanya. Lalu pertanyaan berikutnya pun muncul, Apa iya jika Islam diturunkan di Jawa akan menggunakan bahasa jawa dan dengan versi yang sama pula ?.
Obrolan yang banyak kita jumpai pada setiap lapisan masyarakat khususnya dipulau Jawa atau mungkin hingga pulau – pulau lain. Sebuah obrolan warung kopi yang mungkin sedikit nyeleneh tetapi memiliki banyak arti dan makna yang tersembunyi bahkan hingga menjadi suatu pertanyaan yang belum terselesaikan namun dianggap telah selesai begitu saja. Jika dilihat tentang Islam dan pulau jawa yang sangat mendoninasi perkembangannya sehingga dapat dikatakan menjadi sub – sub bagian dalam Islam atau banyak yang menganggap sebagai aliran dalam Islam. Karena Islam dalam konsep tauhid memiliki empat tingkatan yaitu ;
(1) Syariat, yaitu tingkatan petama yang dianggap memiliki pemahaman tentang konsep tauhidiyah hanya sebatas kulit dan luarnya saja. Pada tingkatan ini orang hanya memahami islam dalam konsep sebenarnya (orang awam).
(2) Tarikat, yaitu tingkat kedua setelah yaitu pemahaman dan pengkajian tentang Islam tidak hanya sebatas pemahaman yang tersurat saja. Pada tingkat ini manusia diajak untuk mengenal jati dirinya dan Tuhannya (proses pencarian jati diri).
(3) Ma’rifat, yaitu tingkat yang lebih sulit dari tingkatan kedua karena tidak banyak orang sampai pada tingkatan ini, begitu pula pada tingkatan berikutnya.
(4) Hakikat, yang memiliki pemahaman tentang konsep sebuah Islam lebih mendalam setelah mengalami atau melalui massa dan fase ketiganya. Pada tingkat ketiga dan keempat ini merupakan tingkatan sufi sejati yang harus bisa untuk ikhlas dengan apa – apa yang sudah digariskan. Dengan kata lain kita yang telah sampai pada tingkatan ketiga dan keempat haru bisa melebur nafsu yang membelenggu diri dari ambisi duniawi.
Pada dasarnya sama, jika berbicara mengenai aqidah dalam konsep Islam yaitu Tiada tuhan selain Allah S.W.T tetapi pencerminan Tuhan pada masing – masing tingkat berbeda. Karena ada sebagian dari kita yang menganut paham Syeh Siti Djenar, yang masuk kategori wali pelengkap (kesepuluh) dari sembilan wali yang ada dan dianggap oleh sebagian wali sesat. Yang masalah kebenarannya pun hingga kini masih dalam sebuah tanya.
Proses ritualisasi dan peribadatannya pun tak sedikit menuai pro dan kontra dikalangan Islam itu sendiri. Ada yang dengan cara eling (cukup dengan ingat saja) sudah mewaakili ibadah pada Sang Tuhan, ada juga yang meredam nafsu dengan keikhlasan tingkat tinggi, ada yang masih dengan cara – cara mistik dengan sesaji dan pembakaran dupa (kemenyan dan kembang) atau lain sebagainya. Tapi inilah indahnya ketika semua perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan utuh dan saling melengkapi satu dengan lainnya.