Search site


Manusia Dan Ketebatasan Serta Dalam Pengakuan Terhadap Tuhan

18/03/2010 18:04

 

Berbicara mengenai manusia maka tidak lepas dari kata keterbatasan. Karena setiap manusia tidak lepas dari keterbatasan baik keterbatasan secara fisik hingga non fisik meskipun manusia itu sendiri merupakan mahluk tuhan paling sempurna. Keterbatasan manusia non fisik itu sendiri pada dasarnya merupakan keterbatasan yang ditimbulkan oleh keterbatasan panca indera hingga melahirkan paradigma – paradigma pemikiran yang diluar nalar manusianya itu sendiri seperti pemikiran manusia terhadap sesuatu zat yang mengatur dan menciptakanan semesta kita ini.

Pengakuan manusia terhadap tuhan merupakan keterbatasan yang diluar nalar manusia itu sendiri karena pada dasarnya zat yang tidak dapat diidentifikasi itu, baik secara materi maupun keberadaannya.  Tuhan merupakan zat yang diyakini sebagai sesuatu “zat” yang maha dasyat yang tidak dapat diurai sceara terperinci oleh akal dan ilmu pengetahuan. Contoh sederhana ketika terjadi letusan gunung disuatu daerah, maka penduduk sekitar akan beranggapan bahwa ada suatu zat “penguasa gunung” yang tidak suka atau sedang murka dengan penduduk desa itu. Sehingga penduduk desa akan melakukan ritual untuk keselamatan mereka semua dengan cara membaik – baiki penguasa gunung tersebut seperti memberikan persembahan atau ritual lain hingga mengorbankan jiwa manusia itu sendiri.

Hal tersebut sampai dilakukan karena keretebatasan ilmu pengetahuan yang dimilki oleh penduduk desa. Ketika hal tersebut dapat diurai dengan nalar maka prilaku – prilaku tersebut berangsur – angsur akan berubah baik secara sikap hingga pemikiran. Tapi ada sesuatu yang tak dapat diurai oleh akal dan panca indera kita yaitu Tuhan. Tuhan hingga kini tidak dapat diterjemahkan oleh akal kita sebagai hamba “manusia yang penuh keterbatasan”.

Berkembangnya ilmu pengetahuan hingga kini pun masih mencari sebuah jawaban tentang keberadaan tuhan serta materi pembentuk-Nya, seperti teleportasi sebuah alat yang konon digunakan sebagai alat transportasi antar dimensi sampai pemikiran atau pola pikir orang yang sudah mati apakah ikut mati atau tidak. Jika hal tersebut dapat diteliti maka tidak menutup kemungkinan akan terkuak satu konsep baru mengenai Tuhan yang hingga sekarang pun tuhan sebagai sang pencipta masih dalam tebakan manusianya sebagai hamba-Nya yang merasa ketergantungan kepadanya. Jangankan tuhan Iblis, mahluk ciptaan-Nyapun hingga kini tidak dapat dideteksi tentang materi penyusunnya. Konon iblis terbentuk oleh api, yang logika sederhanya api pun ada didunia kita ini tetapi konsep tentang iblispun masih sagat sukar untuk diterjemahkan secara teknologi dan keilmuan. Jika iblis dapat diidentifikasi keberadaannya serta materi apai yang menyusunnya maka tidak menutup kemungkinan keberadaan neraka yang berada disuatu dimensi yang belum diketahui itupun akan terkuak.

Yang perlu disadari oleh kita sebagai hamba adalah api dunia, api penyususn ibils serta api neraka memiliki unsur – unsur yang berbeda. Jika terdapat kesamaan secara sempurna maka manusia itu sendiri dapat mengetahui dimendi yang tidak pernah diketahuinya itu “Neraka”. Apalagi tentang Tuhan. Karena keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki manusia itu sendiri maka mau tidak mau atau suka tidak suka manusia itu sendira hakrus dan akan mengakui suatu zat tunggal yang tidak dapat diterjemahkan akal sehan dan ilmu pengetahuan itu, yaitu Tuhan.