Search site


Manusia oh Manusia

18/03/2010 18:09

aurora-dfritts

Manusia…

Jika kita ingat atau lihat kata itu mungkin kita akan teringat pada diri kita sendiri. Apakah manusia itu sejatinya ?

Sejatinya manusia merupakan mahluk yang memilki kemampuan kompleks dibandingkan dengan mahluk – mahluk lain ciptaan Illahi. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya sisi yang sangat kontradiktif didalam diri manusia itu sendiri. Banyak definisi tentang manusia, yang masing – masing definisi tersebut memberikan keeksistensian manusia. Eksistensi manusia dan defini – defihisi tentangnya dalam pandangan Agama, Sains atau ilmu dan filsafat akan sedikit dibahas disini.

Pada dasarrnya setiap Ilmu mengajarkan kebenaran, kebenaran yang diajukan atau ditawarkan oleh ilmu pada dasarnya segala sesuatu yang berhubungan dengan akal, pikiran serta pengalaman – pengalaman yang terjadi atau  dengan kata lain sesuatu yang masuk akal. Sedangkan yang dicari dari sebuah kata filsafat pun sama dengan yang dicari dalam sebuah ilmu, yaitu kebenaran. Agama pun mengajarkan kebenaran, Kebenaran – kebenaran yang diajarkan atau diulas oleh agama adalah kebenaran yang bersifat wahyu atau firman Tuhan melalui Rosul atau utusan-Nya.

Bagaimana mencari agar ketiganya menjadi harmonis antara yang satu dengan lainnya, meskipun ketiganya tidak dapat terpisahkan oleh peradaban manusia itu sendiri. Dan kecenderungan akan saling bersinggungan pun lebih besar. Ketiganya itupun telah membentuk pengetahuan tentang manusia, baik secara hakikat maupun secara artian sederhana.

Sebagai contoh ; Jika ada sesuatu yang disebut manusia, ditinjau dari filsafat sederhana, sesuatu yang disebut manusia itu dikarena oleh adanya informasi yang mengatakan bahwa yang memilki bentuk dan fungsi tersebut adalah manusia, meskipun terjadi perubahan – perubahan didalamnya.  Begitu pula dengan ilmu adanya sesuatu tersebut dikatakan sebagai manusia lebih cenderung disebabkan oleh adanya pengetahuan yang disebut manusia itu sendiri. Berbeda dengan agama bahwa adanya manusia itu sudah direncanakan oleh Tuhan tentang sesuatu tersebut yang dinamakan manusia.

Manusia… oh … manusia…

1. Anton Bakker, dosen Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada menggunakan istilah “antropologi metafisik” untuk memberi nama kepada macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan bermacam-macam antara lain:

  • Monisme, yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga bermacam-macam, misalnya jiwa, materi, atom, dan sebagainya. Hal ini menimbulkan aliran spiritualisme, materialisme, atomisme.
  • Dualisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan raga tidak terdapat hubungan.
  • Triadisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tiga asas, misalnya badan, jiwa dan roh.
  • Pluralisme, yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara, air dan tanah.

Di samping itu, ada beberapa pernyataan mengenai manusia yang dapat digolongkan sebagai bernilai filsafati. Misalnya:

2. Ernest Cassirer, manusia adalah animal simbolikum. Manusia ialah binatang yang mengenal simbol, misalnya adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal tanda dan bukan simbol.

3. Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah animalrationale. Karena, menurutnya, ada tahap perkembangan :

Benda mati →tumbuhan→binatang →manusia

  • Tumbuhan = benda mati + hidup →tumbuhan memiliki jiwa hidup
  • Binatang = benda mati + hidup + perasaan →binatang memiliki jiwa perasaan
  • Manusia = benda mati + hidup + akal → manusia memiliki jiwa rasional
  • Manusia adalah zoon poolitikon, makhluk sosial.
  • Manusia adalah “makhluk hylemorfik“, terdiri atas materi dan bentuk-bentuk.

Pendapat – pendapat diatas hanyalah jawaban tentang manusia itu sendiri ditinjau dari segi filsafat. Dimana filsafat itu sendiri merupakan pengkajian lebih lanjut dari sebuah ilmu, sehingga diperolehlah eksistensi dari ilmu itu sendiri. Keterbatasan – keterbatasan yang dimilki oleh akal menjadi hambatan yang besar pula dalam menyingkap tabir dibalik manusia.

4. Immanuel Kant dalam Kritiknya terhadap rasio yang murni, yaitu manusia hanya dapat mengenal fenomena belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak tahu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang dapat menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai manusia adalah agama; misalnya, tentang pengalaman apa yang akan dijalani setelah seseorang meninggal dunia.

Dengan menyadari ketiganya maka akan tejadi hubungan yang sangat harmonis antara ketiganya. Dimana hubungan antara filsafat, ilmu dan agama pada dasarnya sangat baik. Karena keberadaan ilmu dan filsafat bukan untuk menyaingi agama. Keberadaan keduanya akan menjadi satu bentuk simbiosis yang saling melengkapi satu dengan lainnya dalam menghadapi polemik – polemik dalam kehidupan. Karena ada polemik – polemik tertentu yang tidak dapat diurai dandiselesaikan oleh akal. Karena agama pada dasarnya terbentuk oleh wahyu Tuhan, sehingga diluar jangkauan dari akal manusia, meskipun terkadang ada juga sebagian yang masuk akal. Dan ada juga masalah yang dapat diselesaikan oleh akal.

Begitupula ketiganya mendefinisikan tentang manusia dibalik manusia itu sendiri, dimana “manusia ada karena yang tidak ada. Dan manusia tidak ada karena ada yang ada”