Search site


Meninjau Kembali Ujian Nasional

20/04/2010 14:40

 

Ujian Nasional (UN) hingga kini masih menuai pro dan kontra di masyarakat luas tak terkecuali kaum guru dan tenaga pendidik. Bagaimana tidak, UN oleh sebagian masyarakat “Guru dan siswa” masih sebagai momok yang menakutkan yang dapat membumi hanguskan masa depan dan harapan siswa hanya dalam hitungan hari. Begitu pula dari kalangan tenaga pendidik yang mengajar mata pelajaran yang di UN kan.

Akan banyak permasalahan timbul jika dalam suatu sekolah banyak tidak meluluskan siswamya, tetapi akan timbul pertanyaan dan pernyataan jika sekolah tersebut meluluskan siswanya dengan sempurna dan mencapai angka 100%.  Sangat dilematis memang beban yang harus ditanggung oleh elemen – elemen pendidikan baik siswa, guru hingga lembaga pendidikan. Dengan hal tersebut maka akan memicu persoalan – persoalan baru yang dapat timbul meski tidak sedikit pula yang setuju dengan diselengarakannya Ujian Nasional. Tetapi banyak juga yang menolak adanya Ujian Nasional.

Dengan penyeragaman angka kelulusan pada tiap mata pelajaran yang diujikan dari sabang sampai marauke maka harus ada pula penyeragaman ditiap lokal sekolah dalam berbagai aspek. Sedangkan sekolah dan lembaga pendidikan tidak sedang memcetak robot – robot baru dalam kaderisasi peradaban sebuah bangsa. Bangsa ini majemuk bung…dengan kultur sosial dan budayanya. Sehingga tidak akan mungkin sekali terjadi penyeragaman angka kelulusan ynag masih menghantui.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penyeragaman angka kelulusan pada ujian Nasional, antara lain ;

1. Geografis atau lokal daerah

Letak geografis, tempat dan daerah memiliki andil dalam penentuan mutu dan kualitas sumber dayanya. Sebagai contoh sederhana adlah untuk local daerah perkotaan memiliki akses ke pusat kota dan informasi lebih baik dibandingkan dengan daerah pelosok. Dari hal ni saja dapat dianalisis bahwa masyarakat tang tinggal didaerah perkotaan dapat lebih mengakses dan memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan yang up to date sehingga dapat membantu proses belajar dan pembelajaran yang memadai.

Letak geografis juga sangat menentukan pola piker yang ada. Logika sederhana untuk dareah perkotaan orang tua akan menyekolahkan anaknya untuk kehidupan yang lebih baik, sedangkan untuk dareah pedesaan jarang sekali terjadi. Hal ini disebabkan karena lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah tersebut dan kehidupan yang mereka jalani.

2. Sarana dan Prasarana

Kota – kota besar memiliki sarana dan prasarana yang lebih dibandingkan dengan dareah pedesaan sehingga dalam proses belajar mengajar dapat menggunakan media pembelajaran yang dapat menunjuang efektifitas dalam proses tranferisasi sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan.

Sarana dan prasarana yang digunakan juga dapat memacu minat belajar peserta didik. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia maka guru dan tenaga pendidik dapat memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan.

Bahkan terkadang jangankan sarana dan prasarana bukupun terkadang sulit diperoleh…lah wong hingga kini masih terdapat siswa yang belajar dibawah tenda – tenda yang tidak layak dalam proses KBM.

3. Sumber Daya

Sebagus apa pun guru atau tenaga pendidik dengan segala kompetensinya jika harus dihadapkan pada dua hal diatas maka akan menghadapi kendala yang tidak sederhana karena mereka akan mengejar angka kelulusan yang telah ditargetkan.

Jika tempat dan sarana tidak mendukung kompetensi gurumya maka guru tersebut akan mengalami jalan ditempat (statis) dalam mengkombinasikan metode pembelajaran.

4. Ekonomi

Ketiga hal tersebut yang telah diuraikan diatas sangat dipengaruhi oleh aspek yang keempat ini agar tejadi kerjasama yang baik. (silahkan pikirkan kelanjutannya…)

5. Masih ada lagi, seperti niat, faktor keberuntungan dan lain – lain.

Karena terdapat perbedaan – perbedaan yang tidak sederhana maka tidak sepatunyalah terjadi penyeragaman angka kelulusan. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan memicu penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan oleh oknum yang marak terjadi, seperti ;

1.      Memperjual – belikan soal yang akan diujikan.

2.      Membocorkan soal beserta kunci jawabannya yang jelas – jelas soal dan jawaban Ujian Nasional merupakan dokumen Negara yang sangat rahasia.

3.      Membentu prosen terjadinya kelulusan dengan beragam cara.

4.      Dan lain – lain.

Ujian Nasional merupakn ajang pertaruhan bagi siswa, guru dan lembaga pendidikan. Karena merupakan ajang pertaruhan, maka aka nada beban psikologis yang harus ditanggung dan diderita masing – masing elemen, seperti ;

1. Bagi Siswa

Beban yang harus ditanPerasaan malu dan bersalah yang harus ditanggung siswa ketika tidak lulus dan menjadi aib. Sehingga banyak kasus yang terjadi pada tahun 2006 ketika siswa tidak lulus tidak berani pulang kerumah karena takut dimarahi oleh orang tuanya hingga ada siswa yang memcoba mengakhiri hidupnya dengan minum racun serangga…(cie…cie…kayak putus cinta aja…)

2. Bagi Guru

Guru yang mengajar mata pelajaran yang di UN kan pun memiliki beban. Jika siswanya tidak lulus Ujian Nasional maka guru tersebut dikatakan tidak kapabel, tidak kredibel, tidak kompeten dan lain sebagainya. Hingga dampak yang terburuk bagi guru yang mengajar mata pelajaran yang di UN kan adalah diberhentikan dari sekolah. Sedangkan beban yang harus didertinya tidak sebanding dengan apa yang didapatnya.

3. Bagi Sekolah

Sekolah bergantung pada keberadaan siswa yang diterimanya. Proses KBM disekolah dapat berjalan dengan baik jika terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Sehingga opersional sekolah sangat ditentukan oleh keberadaan siswanya. Jika pada suatu sekolah terdapat angka ketidak lulusan yang cukup banyak maka kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya akan berkurang.

Sudah sepatutnyalah pemerintah mengembalikan angka kelulusan ke sekolah dan guru masing – masing karena yang mengerti keadaan dan kemampuan siswa adalah guru yang mengajarnya. Tidak logis jika massa depan mereka yang telah belajar selama 3 tahun harus dikalahkan dengan ujian yang kurang dalam satu minggu tanpa melihat keadaan siswa atau peserta ujian apakah sedang sakit atau tidak.