Search site


Miskawaih ( – 339 H / 950M )

15/04/2010 20:23

Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub, yang nama keluarga Miskawaih, disebut pula Abu ibn Al – Khazin. Belum dapat dipastikan apakah Miskawaih sendiri atau dia merupakan putra (Ibn) Miskawaih. Beberapa orang seperti Margoliout dan Bergstrasser menerima alternatif yang pertama, yaitu bahwa Maskawaih adalah sendiri sedangkan yang lainnya seperti Brockelmann tidak. Brockelmann mempercayai jika maskawaih adalah putra dari (Ibn) maskawaih.

Menurut Yaqut, bahwa seorang Maskawaih beragama majusi dan kemudian memeluk islam. Hal ini barang kali benar bagi ayahnya karena Maskawaih itu sendiri sebagaimana terlihat dari namanya adalah putra seorang muslim yang bernama Muhammad.

Ia belajar sejarah, terutama tarikh Al – Thabari, kepada Abu Bakr Ahmad Ibn Kamil Al – Qadhi (350 H / 960 M). Ibn Al – Khammar,seorang musafir kenamaan karya – karya aristoteles adalah guru Maskawaih dalam ilmu filsafat. Maskawaih mengkaji alkimia bersama Abu Thayyib Al – razi yang merupakan seorang ahli dalam ilmu kimia. Dari beberapa pernyataan Ibn Sina dan Al – Tauhidi bahwa mereka berpendapat bahwa ia tak mampu berfilsafat. Tetapi Iqbal berpandapat sebaliknya bahwa ia merupakan seorang pemikir teistis, moralis dan sejarahwan Parsi paling terkenal.

Maskawaih tinggal selama tujuh tahun bersama Abu Al – fadhl (360 H / 970 M), ia mengabdi kepada putranya Abu Al – Fath Ali Ibn Muhammad Ibn  Al – Amid dengan nama keluarga dzu Al – Kifayatin. Ia juga mengabdi kepada Adud Al – Daulah salah seorang  Buwaihiah dan kemudian kepada beberapa yang lain dari keluarga terkenal itu.

Maskawaih meninggal pada tanggal 9 saffar 421 H atau 16 februari 1030 H sedangkan tanggal kelahirannya tak jelas. Menurut Margoliouth pada tahun 330 H atau 941 M. Tetapi menurut sebagian kira – kira pada tahun 320 H atahu 932 M dan bila bukan pada tahun – tahun sebelumnya ia biasa bersama Al – Mahallabi yang menjabat sebagai wazir pada tahun 339 H atau 950 M. dan ia meninggal pada tahun 352 H atau 963 M yang pada massa itu paling tidak ia telah berusia 19 tahun.

Maskawaih pada dasarnya adalah seorang ahli sejarah dan seorang moralis. Ia juga seorang penyair, yauhidi mencela Maskawaih karena kekikiran dan kemunafikkannya. Ia tertarik dengan kimia bukan karena ilmu, tetapi demi emas dan harta dan ia sangat mengabdi kepada guru – gurunya. Yaqut menyebutkan bahwa tahun – tahun kemudian ia berusaha mengikuti lima belas pokok petunjuk moral. Kesederhanaannya melayani nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakkan dalam mengatur dorongan – dorongan yang tidak rasional merupakan pokok – pokok petunjuk tersebut. Maskawaih sendiri berbicara masalah perubahan moral dalam bukunya yang berjudul “Tahzib Al – Akhlaq” yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.

Menurut Yaqut, Maskawaih banyak menghasilkan karya – karya dalam buah pikirannya yang ditulis, diantaranya ;

  1. Al – fauz Al Akbar.
  2. Al – Fauz Al Asghar.
  3. Tajarib Al – Umam (Sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulis pada tahun 369 H atau 979 N).
  4. Uns Al – Farid (Kumpulan anekdot, syair, peribahsa dan kata – kata mutiara).
  5. Tartib Al – Sa’adah (Tentang ahlak dan politik).
  6. Al – Musthafa (Syair – syair pilihan).
  7. Jawidan Khirad (kumpulan ungkapan bijak).
  8. Al – Jami’.
  9. Al – Siyar (Tentang aturan hidup).

Mengenai karya – karya Maskawaih yang disebutkan diatas, Al – Qifti hanya menyebutkan beberapa saja, diantaranya 1, 2 , 3 dan 4. Tetapi Al Qifti menambahkan karya – karya Maskawaih seperti ;

  1. Tentang pengobatan sederhana (Mengenai kedokteran).
  2. Tentang komposisi Bajat (Mengenai seni memasak).
  3. Kitab Al – Asyribah (Mengenai minuman).
  4. Tahdzib Al – Ahlak (Mengenai ahlak).

Karya – karya seperti nomor 2, 3 dan 13 hingga kini masih ada dan telah diterbitkan. Ada lima daftar lagi yang tidak disebutkan oleh Yaqut dan Al – Qifti, seperti ;

  1. Risalah fi Al – Ladzdzat wal – Alam Fi Jauhar Al – Nafs (Naskah di Istanbul Raghib majmu’ah No.1463).
  2. Ajwibah Wa As’illah Fi Al – Nafs Wal – Alq (Dalam manmu’ah tentang diatas, dalam raghib di Istanbul).
  3. Al – Jawab fi Al – Masa’il Al – tsalats (Naskah di Teheran, Fihrist maktabat Al – Majlis, II, No. 634(31)).
  4. Risalah Fi Jawab Fi su’al Ali Bin Muhammad Abu Hayyan Al – Shufi Fi Haqiqat Al – Alq (Perpustakaan Mashhad di Iran I, No. 43 (137)).
  5. Thaharat Al – Nafs (Naskah di Koprulu, Istanbul No. 767.

Muhammad baqir Ibn Zain Al – Abidin Al – Hawanshari mengatakan bahwa Maskawaih juga menulis beberapa risalah pendek dalam bahasa Parsi (Raudhat Al – Jannah, Teheran 1287 H / 1870 M). Mengenai urutan karya – karya yang telah dihasilkannya, hanya maskawai sendiri yang tahu bahwa Al – Fauz Al – Akbar ditulis setelah Al – Fauz Al – asghar dan Tahdzib Al – Akhlaq ditulis setelah Tartib Al – Sa’adah.