Sebenarnya aku dilahirkan di Jepara. Sebuah kota kecil dimana salah seorang pencetus gerakan “fenimisme “dilahirkan atau yang lebih dikenal dengan gerakan emansipasi wanita oleh Raden Ajeng Kartini. Hari – hari yang kulalui nyaris sama seperti umumnya orang lain tetapi juga tidak sedikit perbedaannya. Wahidil Qohar, Mungkin karena itu sebuah nama kecil yang pantas untuk ku. Dan disebuah nama kecil akan selalu terdapat sebuah harapan dan do’a kecil yang harus diperjuangkan, ya … minimal untuk ku sendiri
Hingga saat ini aku masih menyangsikan keberadaan ku didunia yang tidak pernah aku bayangkan atau aku impikan sebelumnya. Dimana satu dunia yang terlihat sangat manis dan baik, tetapi penuh dengan kepura – puraan dan kemunafikan yaitu menjadi seorang guru. Dimataku menjadi seorang guru memiliki dua tanggung jawab yang sangat besar, yaitu tanggung jawab moril dan spirituil yang mungkin akan dipertanggung jawabkan kelak. Itupun jika dunia yang selalu diceritakan dalam kitab suci memang benar – benar ada.
Ya … Tapi apa mau dikata …Karena akupun tidak pernah berpesan pada Tuhan sebelumnya akan dilahirkan dari rahim siapa dan menjadi apa aku nanti. Pernah aku berfikir sebelumnya ketika aku merasa resah dan bimbang harus bagaimana aku ? Dalam nurani ku, aku selalu menolak untuk menjadi guru karena aku rasa aku tidak layak menjadi GURU …!
Lagi – lagi aku berfikir inilah dunia yang penuh kemunafikan dan kepura – puraan. Mungkin inilah pilihan hidupku karena mungkin juga ada sesuatu yang aku harus pahami dan ku mengerti untuk diriku sendiri atau mungkin untuk orang – orang sekelilingku.
Pada prinsipnya sederhana, Tuhan akan selalu menawarkan dua atau mungkin lebih pilihan kepada kita dan kita lah yang menentukan pilihan
itu sendiri. Ya … sedikit mencoba untuk bijaksana kan boleh ! atau minimal untuk menghibur diriku sendiri. Tapi aku coba untuk tetap tersenyum … ^_^Guru adalah sosok yang penuh kebaikan dan selalu begitu anggapan kebanyakan orang. Yang mereka tidak sadari adalah guru juga manusia biasa yang memilki sisi lemah. Berat bagiku menyandang nama sebagai seorang guru karena mereka atau kebanyakan dari kita hanya tau atau mungkin pura – pura tau dan memandang guru dari sisi baiknya, yaitu sosok yang patut digugu dan ditiru sehingga pada saat si guru tersebut melakukan satu kesalahan kecil maka akan selalu diclaim tidak baik, tidak pantas atau bahkan tidak dimaafkan.
Karena itulah aku selalu bilang kepada peserta didikku yang aku selalu sebut adik – adik didikku atau teman belajarku. Kepada mereka aku selalu bilang bahwa aku ini BUKAN GURU …! Aku hanya teman belajar kalian saja. Aku akan belajar dari kalian dan kalianpun belajar dari aku mau atau tidak mau. Aku berada disini dalam hal ini didepan kelas bukan karena aku pintar atau bisa, tetapi karena aku beruntung dan tau lebih dulu dari kalian. Akupun selalu bilang pada mereka bahwa aku tidak bisa memberikan kalian (adik – adik didikku sekaligus guru – guru kecil ku) yang terbaik. Tetapi aku hanya mencoba untuk memberikan kalian sesuatu yang positif. Karena aku, kalian dan mungkin kita semua bukan manusia terbaik yang telah tercipta.
Maaf jika terdapat banyak kesalahan selama belajar bersama. Karena kita semua tidak luput dari suatu kesalahan. Ada diduniapun sudah merupakan satu kesalahan, begitu juga seterusnya …
Jika aku boleh berpesan untuk adik didik dan guru – guru kecil ku aku hanya akan berpesan ” Hidup ini hanya satu kali. Jangan pernah menyesal dan menyerah dan tunjukan pada mereka bahwa kalian juga bisa. Jalankan bagai air yang mengalir, jika air itu harus membelah batu maka belahlah batu itu. Tetapi jika air itu tidak mampu untuk membelah batu maka air “kalianlah” yang harus membelah diri hingga kalian dapat mencapai tujuan yang kalian inginkan”
Dunia dan hidup ini hanya sementara, hidup ini juga permainan maka pintar – pntarlah kalian bermain. Jika hidup ini judi, maka kita tidak akan pernah menang karena bandar judi yang hakiki adalah TUHAN. Jadi jangan lah mempertaruhkan semuanya dalam perjudian